Tetapi hal yang lebih mengenaskan di kota Metropolitan ini adalah seolah-olah orang yang miskin tidak boleh sakit.
Beberapa hari yang lalu saya baru membaca sebuah artikel dari salah satu majalah kesehatan di Jakarta. Dalam artikel tersebut diceritakan mengenai seorang buruh dari suatu perusahaan kecil yang mengalami kejadian tabrak lari oleh sebuah mobil ketika ia sedang naik motor bersama istrinya. Setelah itu ia langsung menuju ke dokter umum terdekat untuk mendapatkan penanganan medis. Dokter umum tersebut menemukan bahwa lengan dari bapak tersebut mengalami patah tulang dan harus segera dioperasi agar tulangnya dapat menyambung sempurna dan bentuk lengannya dapat kembali normal. Tetapi bapak tersebut bukanlah orang yang "berada", gajinya yang kecil tidaklah sanggup untuk membayar operasi, ia hanya sanggup untuk ke dukun patah tulang. Dokter tersebut mencoba membujuk bapak tersebut untuk melakukan operasi. Setelah beberapa waktu mereka berbicara, akhirnya dokter tersebut menemuka bahwa bapak ini memiliki kartu Asuransi Kesehatan Masyarakat Miskin. Akhirnya dokter ini mencoba untuk merujuk bapak ini ke rumah sakit yang menerima Asuransi Kesehatan Masyarakat Miskin. Tetapi apa hasilnya? Seluruh rumah sakit yang ditelepon menjawab seluruh kamar rumah sakit sedang penuh.
Usaha dokter ini membujuk sang bapak ini pun sia-sia. Padahal sang pasien sudah mau dioperasi, tetapi sistem kesehatan di Jakarta telah menolaknya. Akhirnya bapak tersebut pun pulang dan menyatakan bahwa ia akan ke dukun patah tulang untuk mengobati dirinya.
Sungguh menyakitkan melihat kejadian seperti ini. Lebih menyakitkan lagi ternyata kenyataan ini berada disekitar kita dan orang-orang tetap memikirkan tentang uang disaat orang lain, terutama yang miskin, sedang membutuhkan perawatan medis.
Usaha dokter ini membujuk sang bapak ini pun sia-sia. Padahal sang pasien sudah mau dioperasi, tetapi sistem kesehatan di Jakarta telah menolaknya. Akhirnya bapak tersebut pun pulang dan menyatakan bahwa ia akan ke dukun patah tulang untuk mengobati dirinya.
Sungguh menyakitkan melihat kejadian seperti ini. Lebih menyakitkan lagi ternyata kenyataan ini berada disekitar kita dan orang-orang tetap memikirkan tentang uang disaat orang lain, terutama yang miskin, sedang membutuhkan perawatan medis.
No comments:
Post a Comment