Pages - Menu

Sunday, May 2, 2010

Kasus Gangguan Jiwa Ringan Meningkat

JAKARTA, KOMPAS.com — Jumlah penderita gangguan jiwa di Indonesia saat ini, menurut data Departemen Kesehatan tahun 2007, mencapai lebih dari 28 juta orang, dengan kategori gangguan jiwa ringan 11,6 persen dari populasi dan 0,46 persen menderita gangguan jiwa berat.

Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia dr Tun Kurniasih Bastaman, dr.Sp.KJ (K), menyatakan, dalam beberapa tahun terakhir ini terjadi peningkatan jumlah penderita gangguan jiwa ringan. "Secara umum, gangguan jiwa berat cenderung stagnan, justru yang ringan mengalami peningkatan," katanya dalam acara jumpa pers Konferensi Nasional Psikoterapi 2010, Sabtu (1/5) di Jakarta.

Faktor gaya hidup dan problematikanya, seperti tuntutan hidup dan persaingan yang semakin tinggi, menjadi pemicu banyaknya penderita gangguan jiwa ringan. "Kebanyakan yang datang ke psikiater adalah orang yang depresi dan stres karena problem sehari-hari," kata dr Tun.

Orang yang menderita gangguan jiwa ringan memiliki ciri sering dilanda kecemasan, gangguan panik, sulit berkonsentrasi, serta gangguan tidur. "Gangguan jiwa ringan bisa membuat seseorang jadi tidak produktif dan mengganggu hubungan sosial dengan orang lain. Karena itu, perlu dikonsultasikan kepada psikiater," tambah dr Tun.

Dia menambahkan, gangguan jiwa ringan dan berat memiliki definisi klinis yang berbeda. Kendati gangguan jiwa ringan bisa menetap, gangguan jiwa kategori ini tidak akan bergeser menjadi gangguan jiwa berat.

Saat ini masih banyak orang yang enggan memeriksakan diri ke dokter jiwa karena kuatnya stigma di masyarakat. "Sebenarnya orang yang mengalami gangguan jiwa adalah orang yang sakit, sama saja seperti orang yang sakit diabetes atau jantung. Ada mekanisme biologinya. Karena itu, jangan dijauhi, tetapi diberikan pertolongan," ujar dr Tun.

Dalam ilmu jiwa, gangguan pada seseorang dilihat secara menyeluruh, baik psikis maupun fisik. Oleh sebab itu, pengobatan juga dilakukan secara menyeluruh, tidak hanya obat-obatan, tetapi juga psikoterapi.

Seorang Pria Tidak Makan dan Minum Selama 70 Tahun

Liputan6.com, New Delhi: Seorang pria India yang sudah berusia 82 tahun mengaku tidak makan dan minum selama 70 tahun. kemampuan Prahlad Jani bertahan tanpa makanan dan minuman menarik perhatian Militer India untuk menelitinya.

Kini Prahlad Jani berada di ruang isolasi sebuah Rumah Sakit di Ahmedabad, Gurjarat dan diawasi ketat oleh tim dokter. Jani sudah berada di rumah sakit itu selama 6 hari tanpa makan dan minum, dan dari hasil pemeriksaan tidak ada tanda-tanda Jani mengalami kelaparan dan dehidrasi.

Prahlad Jani mengaku telah meninggalkan rumah sejak umur 7 tahun dan hidup sebagai pengembara Sadhu atau orang suci di Rajasthan. Jani disebut sebagai breatharian yang dapat hidup sendiri secara spiritual.

Jani meyakini hidupnya telah ditopang oleh seorang dewi yang menuangkan ramuan gaib melalui langit-langit mulutnya. Pengakuan Jani ini didukung oleh seorang dokter India yang ahli dalam bidang studi tentang orang-orang yang memiliki kemampuan supranatural.

Pihak militer India tampaknya tertarik untuk mempelajari ilmu Prahland Jani dan berharap bisa diterapkan pada anggota pasukannya atau pada korban bencana sebelum bantuan tiba.

"Jika klaim itu bisa diverifikasi, itu akan menjadi terobosan dalam ilmu kedokteran," kata Dr G. lavazhagan, Direktur Ilmu Fisiologi & Ilmu Terpadu, Institut Pertahanan. "Kita bisa mendidik masyarakat tentang teknik-teknik bertahan hidup dalam kondisi buruk dengan sedikit makanan dan air atau tidak sama sekali" tambahnya

Di India memang sudah menjadi hal yang umum bagi umat Hindu menjalankan puasa tanpa makan dan minum bahkan selama delapan hari penuh. Secara teori, manusia tidak dapat bertahan hidup tanpa makan dan minum selama 50 hari. (MLA)

Sumber: Liputan 6, Yahoo News